Penerimaan Mahasiswa

Informasi Program

Program PMB UWDP TA 2021/2022

Login PMB

Login PMB UWDP TA 2021/2022

Pendaftaran Online

Pendaftaran Online PMB UWDP TA 2021/2022

Pengumuman Hasil Seleksi

Pengumuman Hasil Seleksi PMB UWDP TA 2021/2022

Pengunjung

User Online : 0
Visitors Today : 14
Total Visitors : 25905

Home » Berita » Simbol Tau (T)

Simbol Tau (T)

28 November 2021 ,
WhatsApp Image 2020-03-12 at 12.32.41 PM

Pada puncak gedung baru Universitas Widya Dharma Pontianak (Jl. H.O.S. Cokroaminoto) terpasang lambang T besar. Orang bertanya-tanya, mengapa ada lambang T pada tampilan depan Gedung St. Fransiskus dari Assisi itu. Lambang T tersebut adalah Tau. Apa maknanya?

Asal-usul simbol T ditemukan dalam Kitab Yehezkiel. Di situ dijelaskan bahwa tanda T hendaknya digambarkan pada dahi orang-orang yang harus dijaga keselamatannya (Yeh. 9:4, bdk. Why. 7:3; 9:4; 14:1). Simbol ini menjadi tanda untuk orang-orang yang harus diluputkan dari bahaya, ditebus, dan diselamatkan. Di sini jelas, tanda T berakar dalam tradisi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dengan dasar biblis tersebut, tradisi kekristenan memaknainya sebagai tanda diri bagi orang-orang yang telah ditebus dan diselamatkan. Bentuknya yang seperti salib tradisional tanpa kepala kadang-kadang membuat sebagian orang secara kurang tepat menyebutnya “salib Tau”.

St. Fransiskus dari Assisi sangat suka dengan simbol ini. Tanda Tau dijadikan sebagai tanda tangan dalam tulisannya. Ia menggambar dinding dan pintu gubuk kediamannya dan menandai dirinya sendiri dengan Tau. Ketika ia merentangkan kedua lengannya lurus ke samping kanan dan kiri, ia membentuk tanda Tau. Besar kemungkinan Fransiskus tertarik pada simbol ini ketika ia mendengar kotbah Paus Innocentius III dalam Konsili Lateran IV yang mengutip Kitab Yehezkiel untuk menjadikan Tau sebagai logo atau emblem peperangan rohani; perjuangan mereformasi Gereja dari dekadensi moral. Tau mendapat tempat khusus dalam spiritualitas St. Fransiskus yang dilanjutkan para pengikutnya, baik dari kalangan religius maupun awam.

Meskipun Tau mengakar jauh dalam tradisi kekristenan, yang memopulerkan pemakaiannya adalah St. Fransiskus dan para pengikutnya dalam ordo-ordo fransiskan. Di kemudian hari para fransiskan membuat tanda ini dari kayu, mengikatnya dengan tali, dan mengenakannya sebagai kalung. Ordo Fransiskan Sekular (awam) memakai simbol ini sebagai pengenal diri. Namun dewasa ini Tau tidak hanya dipakai religius dan awam fransiskan. Salah satu cinderamata yang dibeli para peziarah di kota Assisi adalah kalung Tau. Mereka memakainya sepanjang perjalanan ziarah. Sebagai tanda, Tau dapat dipakai siapa saja. Dalam konteks meneladani St. Fransiskus sebagai salah satu patron hidup dan karya, Tau dapat diartikan sebagai pengakuan diri untuk menghayati prinsip preferential option for and with the poor.  Prinsip itu seyogianya mewarnai setiap kata dan tindakan orang yang memakainya. Mereka harus lebih berpihak pada orang-orang yang berkekurangan, membutuhkan bantuan dan perhatian.

Universitas Widya Dharma Pontianak bernaung di bawah Ordo Kapusin Provinsi Pontianak yang disemangati oleh spiritualitas St. Fransiskus. Dalam rangka ikut mencerdaskan bangsa, Universitas Widya Dharma Pontianak bertekad menjadi rumah pendidikan yang terbuka bagi semua anak bangsa tanpa sekat ekonomis, sosial, budaya, maupun agama. Di sinilah anak-anak bangsa ditempa untuk mengembangkan kecerdasan emosional, moral, spiritual, dan intelektual agar mereka menjadi generasi penerus yang cinta tanah air, berkarakter, dan peduli pada sesama (khususnya) yang lemah, berkekurangan, dan menderita. Di sini, generasi muda menjadi Tau yang penuh makna, Tau yang hidup. -Lianto-

*Dirangkum dari berbagai sumber